Bukan sekadar "Ryan", melainkan "ryan_oke". Pernah jadi seorang "Kelompok Pengguna GNU/Linux Indonesia" (KPLI Jogja) dan "Forum Lingkar Pena" (FLP Yogyakarta).
2008-06-21
Kaos Kuliax
Kaosnya seperti ini nih (yang warna hitam):
Yang warna putih itu kaos ILC.
Yang kuning warna-warni (polo-shirt), kaos kantor yang dulu. Dipakai tiap senam Jumat pagi, dilanjutkan sarapan bersama.
Saat ini kaosnya sedang kupakai. Kalau pas ngantor tidak boleh pakai kaos. Harus pakai kemeja atau kalau nekat kaos, harus ada krahnya (polo-shirt). Tidak boleh pakai sandal. Untung boleh pakai sepatu kets, tidak harus pantopel. Pakai pantopel selalu menyiksa kakiku.
Dari segi ukuran, kaosnya pas. Tidak terlalu besar. Tidak sempit. Panjang ke bawahnya tidak terlalu pendek.
Warna hitamnya juga kusuka.
Pada logo, bagian tengah kurang sesuai dengan logo asli. Terlihat seolah ada kilauan cahaya.
Mungkin perlu diberi alamat web Kuliax juga kali ya?
Terima kasih untuk yang memberi kaos!
Matur nuwun.
Kaos serupa:
http://stwn.ngeblog.net/2008/06/13/kaos-kuliax/
2007-05-11
Bringing Linux Dhateng Kantor
Artikel dalam bentuk PDF dapat diambil di sini
Kuliax 6.0 adalah sebuah distribusi GNU/Linux Desktop untuk pendidikan di Universitas. Khususnya untuk program studi Teknologi Informasi atau yang berhubungan, seperti Teknik Elektro konsentrasi Sistem Komputer dan Informatika, Teknik Informatika, Ilmu Komputer, dan lain-lain.
Bagaimana jika Kuliax dibawa ke kantor? Di kantor sini bisa menjadi yang paling lucu dan imut karena yang lain adalah komputer-komputer berjendela.
Seperti biasa, sebelum memulai instalasi sebuah sistem operasi sebaiknya terlebih dahulu kita siapkan partisi untuknya. Partisi bisa dipersiapkan dengan bantuan berbagai macam aplikasi, salah satu contohnya adalah QtParted yang disertakan dalam Kuliax 6.0.
Sistem yang telah ada adalah Microsoft Windows 2000 Advanced Server dan client yang berisi Microsoft Windows XP Professional. Saya tidak ingin berprasangka buruk, kantor sini merupakan perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jadi saya asumsikan peranti lunak yang digunakan adalah legal.
2007-02-07
Akses Jaringan
Kemudian kuberitahukan beberapa hal.
Akses internet di kos:
Biasanya aku pakai GPRS saat ingin cek pesan di instant messenger. Saat keinginan tersebut tidak bisa ditunda. Sudah ngebet banget gitu deh. Dan saat ingin kirim imel yang cukup "penting", harus dikirim segera. Dulu sebelum Knoppix menyertakan fitur akses via GPRS, GPRS bisa diakses seperti halnya akses via dial up telefon kabel. Tinggal menyeting koneksi modem (ponsel dianggap sebagai modem eksternal), setting APN, dan juga nomor akses (tergantung operator yang digunakan).
Kalau sekarang (di kantor), perlu aplikasi untuk koneksi ke server database (biasanya pakai Remote Desktop Connection). Di Kuliax kan sudah ada Krdc. Setelah kutambahi rdesktop, Krdc di Kuliax baru bisa terhubung ke server tersebut.
Sistem operasi server database adalah MS Windows 2000 Server. Kuliax yang kuinstal adalah satu-satunya komputer Linux di kantor ranting ini. Sepertinya hanya itu di tingkat cabang. Mungkin juga satu-satunya di tingkat atasnya lagi. Yang lain adalah komputer-komputer berjendela. :)
2006-12-16
Test Drive Kuliax
jret jret jret...
Terus muncul splash screen.
Kemudian...
Eh, loh, eh...
Monitor saya (LG Studioworks 505G) tidak mampu menampilkan gambar.
"Wah, iki frekuensiné mesthi kegedhén," pikir saya.
Lalu saya boot ulang, tetap dengan setting default namun saat muncul splash screen saya tekan tombol Esc. "Lha dalah, lak yo tenan to, frekuensiné gedhé banget, 85 Hz."
Lalu saya boot ulang lagi, saya coba ubah setting frekuensinya (parameter vsync dan hsync). Angka yang dimasukkan agak sedikit asal gitu deh, tidak tahu perbandingan frekuensi vertikal dengan horizontal itu berapa. Pokoknya masih dalam batas toleransi yang mampu ditampilkan oleh monitor.
Akhirnya bisa sukses. "Tapi kenapa cuma 60 Hz sih? Mata bisa mudah lelah nih. Ah, kapan-kapan waé ngubahé. Saiki dolanan dhisik."
Setelah video agak beres, kini saatnya mencoba audio. Saya buka pemutar lagu favorit, XMMS. Saya mainkan sebuah lagu. Langsung main, kotak visualisasi juga ikut bergoyang. "Lho, suarané endi?"
Saya naikkan volume suara, tetap membisu. Saya buka preferensinya.
Ooo... pakai ALSA, saya biasanya pakai yang OSS. Meskipun diganti tetap tidak ada perubahan. Kemudian saya buka mixer, pakai KMix. "Lho, kok di-mute? Wah, si Iwan ki piyé to, mosok di-mute? Mesthi pas awal loading X11 ki mau yo ono suarane."
Belum banyak yang saya eksplorasi dari distro ini, saya matikan komputer dulu. Toweweweng... terdengar musik proses shutdown dari speaker. "Tenan ki, mesthi sing isik mau yo ono suarané!"