Ingatan zaman SD setelah listrik sudah masuk desa. Baru menyalakan beberapa lampu TL, kok listriknya turun (bahasa Jawa: njegleg)? Jumlah total lampu TL yang dinyalakan baru seratusan watt, padahal seharusnya batas pemakaian listrik di rumah adalah 450.
Semasa SMU (saat itu bukan SMA), saya tahu ada beberapa macam daya listrik. Daya yang tertera pada alat listrik berbeda dengan daya yang diukur oleh MCB (pembatas arus) pada meteran PLN. Hal ini terjadi karena adanya induksi pada peralatan listrik tersebut.
Rumus sederhana mengenai daya adalah:
P = V . I
P: daya (W, watt)
V: tegangan (V, volt)
I: kuat arus (A, ampere)
Dari rumus ini diperoleh bahwa W = VA.
Namun pada kasus lampu TL di atas, W tidaklah sama dengan VA. W disebut sebagai "daya aktif", sedangkan VA adalah "daya semu".
Sebenarnya hubungan antara W dengan VA itu baik-baik saja. Hanya ada sedikit gangguan dari pihak ketiga bernama "faktor daya" (PF, power factor). Faktor daya juga biasa disebut dengan "cos phi" (phi itu huruf o dicoret vertikal, agak susah menuliskannya di sini).
PF = W : VA
Nilai maksimal PF adalah 1 (satu). Biasanya VA selalu lebih besar daripada W. Lampu pijar pun memiliki faktor daya mendekati 1, tidak benar-benar 1.
Yang sudah mengetahui hal ini, tidak boleh lagi menyebut satuan daya listrik yang dipasang oleh PLN dengan "watt". Sebutlah 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment